Minggu, 03 Mei 2015

Paku



Hai minna-san… Saya mau berbagi cerita nih, mungkin di antara kalian ada yang sudah pernah tahu kisah ini, tapi nggak ada salahnya ya kalau saya coba share di sini siapa tahu ada yang belum pernah dengar / baca. Ini dia kisahnya.

Suatu ketika ada seorang anak laki-laki yang bersifat pemarah. Untuk mengurangi sifat marah sang anak, ayahnya memberi sekantung paku dan menyuruhnya memakukan sebuah paku di pagar belakang setiap kali dia marah.

Hari pertama, anak itu telah memakukan 48 buah paku ke pagar setiap kali dia marah. Lalu secara bertahap jumlahnya berkurang. Dia mendapati bahwa ternyata lebih mudah menahan amarah daripada memakukan paku ke pagar.

Akhirnya tibalah hari dimana sang anak betul-betul bisa mengendalikan amarah dan tidak cepat hilang kesabarannya. Dia memberitahukan hal ini pada ayahnya, yang mengusulkan untuk mencabut sebuah paku setiap hari dimana dia tidak marah.

Hari hari berlalu dan anak laki-laki itu akhirnya memberitahukan ayahnya bahwa semua paku telah tercabut olehnya.

Lalu sang ayah menuntun anaknya ke pagar, “Baiklah… kamu telah berhasil dengan baik anakku, tapi lihatlah lubang-lubang di pagar ini. Pagar ini tidak akan pernah sama seperti sebelumnya. Ketika kamu mengatakan sesuatu dalam kemarahan, kata-katamu meninggalkan bekas seperti lubang ini… di hati orang lain”.

Kamu dapat menusukkan pisau kepada orang lain, lalu kamu mencabutnya. Tapi tidak peduli berapa kali kamu minta maaf, luka itu akan tetap ada. Dan luka karena kata-kata adalah sama buruknya dengan luka fisik.

Well, masih banyak di antara kita yang belum mampu mengendalikan rasa marah (termasuk saya hehe, mohon maaf yang sebesar-besarnya ya T.T), semoga kisah ini membantu kita untuk lebih mampu mengendalikan amarah.

Terima kasih sudah mampir di blog ini^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar